Skema PJJ di SDN Purek
Sejak bulan Maret lalu, secara nasional sekolah-sekolah di Indonesia, mulai SD hingga SMA, terpaksa melakukan pembelajaran secara jarak jauh.
Ini merupakan langkah yang terpaksa diambil demi menyelamatkan semua warga satuan pendidikan, orang tua, dan masyarakat dari paparan virus Corona.
Meski demikian, kegiatan pendidikan tetap tidak boleh dihentikan secara permanen. Hak siswa untuk mendapatkan layanan pendidikan ditempatkan sebagai perhatian prioritas. Karena itu dibuatlah skema pembelajaran baru yang dinamakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menawarkan dua opsi PJJ, pertama PJJ Dalam Jaringan (online) dan kedua PJJ Luar Jaringan (offline).
Penentuan opsi PJJ tentu disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada ditiap-tiap satuan pendidikan.
Sekolah Dasar Negeri Purek sebagai lembaga pendidikan formal tingkat dasar, pada awal masa PJJ ini merasakan kebingungan untuk menentukan skema PJJ yang diambil.
PJJ Dalam Jaringan atau yang lazim disebut daring sudah barang pasti tidak bisa ditetapkan. Alasannya sederhana, tidak ada satu orang pun siswa yang memiliki handphone standar. Orang tua siswa pun demikian, dari hasil asesmen diagnosis awal, hanya sekitar 10 persen orang tua siawa yang mempunyai handphone android. Masalah berikutnya adalah, memiliki handphone di tempat yang tidak mempunyai jaringan listrik dan sinyal internet memadai sama halnya dengan punya sepeda motor tetapi tidak punya bensin.
Purek, kampung tempat sekolah ini berada merupakan wilayah yang secara geografis bisa disebut pedalaman. Listrik dan sinyal internet adalah dua hal yang sulit, bahkan untuk sekedar diangan-angan.
Atas dasar itu, diambil keputusan bahwa PJJ dilakukan dengan menggunakan pendekatan Luar Jaringan atau luring.
Metode PJJ luring ini adalah pembelajaran guru kunjung kelompok, serta penugasan mandiri.
Metode ini berlaku beberapa bulan hingga pemerintah pusat menetapkan kebijakan new normal.
Sejak sebulan yang lalu, kami menilai, peluang untuk pembelajaran tatap muka tetapi secara bergilir (shift) bisa diterapkan. Sekolah pun menerapkan itu, tentu dengan memperhatikan secara ketat protokol kesehatan.
Dalam satu hari, hanya satu rombongan belajar yang boleh melakukan pembelajaran. Ini berlaku hingga sekarang.
Ini merupakan langkah yang terpaksa diambil demi menyelamatkan semua warga satuan pendidikan, orang tua, dan masyarakat dari paparan virus Corona.
Meski demikian, kegiatan pendidikan tetap tidak boleh dihentikan secara permanen. Hak siswa untuk mendapatkan layanan pendidikan ditempatkan sebagai perhatian prioritas. Karena itu dibuatlah skema pembelajaran baru yang dinamakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menawarkan dua opsi PJJ, pertama PJJ Dalam Jaringan (online) dan kedua PJJ Luar Jaringan (offline).
Penentuan opsi PJJ tentu disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada ditiap-tiap satuan pendidikan.
Sekolah Dasar Negeri Purek sebagai lembaga pendidikan formal tingkat dasar, pada awal masa PJJ ini merasakan kebingungan untuk menentukan skema PJJ yang diambil.
PJJ Dalam Jaringan atau yang lazim disebut daring sudah barang pasti tidak bisa ditetapkan. Alasannya sederhana, tidak ada satu orang pun siswa yang memiliki handphone standar. Orang tua siswa pun demikian, dari hasil asesmen diagnosis awal, hanya sekitar 10 persen orang tua siawa yang mempunyai handphone android. Masalah berikutnya adalah, memiliki handphone di tempat yang tidak mempunyai jaringan listrik dan sinyal internet memadai sama halnya dengan punya sepeda motor tetapi tidak punya bensin.
Purek, kampung tempat sekolah ini berada merupakan wilayah yang secara geografis bisa disebut pedalaman. Listrik dan sinyal internet adalah dua hal yang sulit, bahkan untuk sekedar diangan-angan.
Atas dasar itu, diambil keputusan bahwa PJJ dilakukan dengan menggunakan pendekatan Luar Jaringan atau luring.
Metode PJJ luring ini adalah pembelajaran guru kunjung kelompok, serta penugasan mandiri.
Metode ini berlaku beberapa bulan hingga pemerintah pusat menetapkan kebijakan new normal.
Sejak sebulan yang lalu, kami menilai, peluang untuk pembelajaran tatap muka tetapi secara bergilir (shift) bisa diterapkan. Sekolah pun menerapkan itu, tentu dengan memperhatikan secara ketat protokol kesehatan.
Dalam satu hari, hanya satu rombongan belajar yang boleh melakukan pembelajaran. Ini berlaku hingga sekarang.
Komentar
Posting Komentar